Sabtu, 06 Februari 2010

SEKILAS TENTANG MASAMPER

MASAMPER adalah bentuk seni nyanyi berkelompok yang populer di kalangan masyarakat Sangihe, Talaud dan Sitaro. Bahkan sejak dekade 90-an dipertandingkan. Kata ini tidak terdapat dalam kamus Belanda-Sangihe karangan Dr. K.G.F. Steller dan Ds. W.E. Aebersold karena itu merupakan kata bentukan baru. Awalnya merupakan bentuk menyanyi kidung-kidung gerejawi di berbagai acara kegiatan gereja baik terkait dengan peribadatan maupun lagu-lagu penghiburan dalam acara kedukaan anggota jemaat.

Masamper dicurigai sebenarnya merupakan sebutan khas untuk paduan suara yang berlatih reguler untuk kebutuhan ibadah. Menurut kajian jenis musik ini oleh Nico Sombowadile, bekas penilik kebudayaan di Manganitu dan Tamako, asal katanya adalag zongvereniging yang berarti perkumpulan suara atau lazimnya kini paduan suara. Kegiatan berkumpul untuk menyanyi itu lantas disebut sebagai ‘ma-sang-ver’ dan akhirnya menjadi ‘masamper’. Lagu-lagu yang dinyanyikan disebut sebagai ‘kantare, kantari, gantare atau gantari’’ (lihat cantar). --- Pitres.S.

Masih menurut Nico Sombowadile, akhirnya masyarakat Sangihe berhasil memberikan ciri khas pada bentuk menyanyi ‘masamper’, yaitu dengan apa yang disebut sebagai teknik hentage; yang tak lain adalah kemampuan penyanyi menyisipkan penggalan lagu yang diambil dari permulaan bait yang akan dinyanyikan.

Penyisipan itu awalnya sekadar untuk menuntun penyanyi lain untuk serta merta mengingat bait nyanyian berikut. Teknik hentage konon ditemukan karena latihan menyanyi lagu-lagu baru pasca masuknya zending tukang tidak memakai solmisasi dan tidak memegang naskah lagu semacam kini. Maka pemimpin lagu yang lebih tahu lagunya menuntun penyanyi lain untuk masuk ke bait lagu berikutnya.
Misalnya pada lagu berikut:

PIKUL SALIB

‘’Hendaklah kau iring Yesus pikul salib
Jangan takut dan gelisah ikut tabib…’’

Setelah menyanyikan bait pertama, ‘’Hendaklah kau iring pikul salib…’’ ada jedah antara nafas yang lantas dimanfaatkan pemimpin kelompok nyanyi untuk mengingatkan bait sesudahnya dengan menyanyi mengisi jedah antara itu dengan penggalan, “Jangan takut, ” dan sesudahnya lantas para penyanyi bersama-sama menyanyi ‘’Jangan takut dan gelisah ikut tabib’’.

Sisipan ‘’jangan takut’’ yang dinyanyikan dalam rangka penuntunan itu disebut hentage. Sisipan ini malah secara sengaja dinyanyikan jadi variasi nyanyi yang khas. Ada banyak variasi khas dalam Masamper. Tapi sebuah buku yang ditulis oleh Benny Mathindas, Jessy Wenas dkk (diterbitkan dengan dukungan dari Benny Mamotoh) justru mengklasifikasikan Masamper sebagai tarian. Wow.

Tidak ada komentar: