Saya memahami Uni Eropa terlahir sebagai wadah keuangan
negara-negara besar di kawasan Eropa yang bercorak budaya komunal
modern. Relatif sama dengan negara-negara di kawasan Asia yang juga
berciri komunal, namun agak konvensional. Menurut saya, organisasi
besar ini dibangun untuk tujuan mengatasi kemungkinan krisis keuangan
global yang akan menghantam negara-negara anggotanya. Ketika Amerika
yang ekonominya bercorak liberal berada di ambang krisis keuangan,
muncul kemudian negara-negara bercultrul komunal konvensional semacam
China dan India menjadi kekuatan baru ekonomi dunia yang setara dengan
dua kekuatan adidaya (Amerika - Eropa). Perekonomian dunia seolah-olah
terkonstruksi secara makro pada tiga komponen struktural; yakni
komponen liberal-individual, komponen komunal-modern dan komponen
komunal-konvensial, yang selanjutnya dalam kajian pendek ini saya sebut
sebagai: Segi Tiga Emas. Dalam percaturan politik ekonomi dunia, posisi
Amerika selalu berada di puncak dari dua kekuatan lainnya. Sedangkan
IMF merupakan unsur lain yang tempatnya mungkin berada di dalam
struktur dan mungkin juga tidak (berada di luar struktur Segi Tiga
Emas).
Kali ini dikabarkan melalui Vivanews dalam
tautan beralamat: http://us.dunia.vivanews.com/news/read/2; bahwa G20
di Chanes Perancis, tengah menyiapkan komitmen untuk mencegah wabah
krisis utang. IMF diharapkan berperan penting untuk menambah alokasi
utang ke negara-negara pemanfaat sekaligus membenahi mekanisme (baca:
regulasi) dalam penyelenggaraan soal utang itu. Di forum tersebut,
sengaja digemboskan isu adanya ancaman terjadi krisis sistemik global
yang diduga menghantam negara-negara di Asia juga. Benar tidaknya
hipotesa ini tentunya akan terbukti bilamana IMF akan mendominasi
perannya dalam tata ekonomi dunia. IMF sebagai institusi yang
berorientasi laba, mutlak mengutamakan keuntungan dalam berbisnis.
Posisi IMF selama ini bagi saya dipandang sebagai variabel dependent
yang telah mengikat tiga aras kekuatan sosio-ekonomi dunia yang saya
sebut sebagai Segi Tiga Emas di atas. Oleh sebab itu, secara kualitatif
peranan IMF menjadi lebih dominan daripada tiga komponen lainnya.
Sebaliknya, bila IMF diposisikan diluar sistem dan berkontribusi secara
interdependen, maka pengaruh IMF terhadap stabilitas ekonomi dunia bisa
diketahui determinasinya dan mudah saja menyeimbangkan stabili ekonomi
global, sekaligus menghilangkan stigma buruk terhadap peran IMF yang
oleh banyak kalangan dinilai jelek.
Menurut saya perlu
dilakukan Reposisi dan Revitalisasi terhadap peran IMF, bukan justru
membuat sejumlah regulasi yang hanya menciptakan rasa tidak percaya dan
mendorong bertumbuhnya rasa curiga antara negara. Saya setuju apa yang
dikemukakan oleh delegasi Jepang yang diwakili Azumi untuk mendorong
IMF menjadi lebih proaktif ketimbang membuat banyak regulasi. Hanya
saja, proaktif yang dimaksud harus diposisikan pada keadaan tidak
adanya intervensi dari negara manapun. Mekanisme yang rumit akan
menimbulkan rasa percaya yang kurang seperti yang dilakukan oleh China.
(Baca tautan terkait: http://us.dunia.vivanews.com/news/read/2).
Tentunya masih diperlukan langkah-langkah konkrit oleh Uni Eropa dalam
mengantisipasi kerawanan ekonomi negara-negara anggotanya.
Semoga gagasan ini bermanfaat untuk semua.
Malunsemahe...:)