Jacky Chan dalam film laga “
Who Am I”
memberi insipirasi bagi saya untuk menulis artikel ini. Dalam film itu,
dia melakoni sosok yang tidak mengenal dirinya pasca pengagalan misi
yang berbahaya pada sebuah skenario “pelenyapan jejak” oleh sebuah
lembaga misterius. Kemudian saya coba menghubungkan dengan gagasan
filsuf idola saya, Plato dan Fromm. Plato adalah pengungkap kebenaran
epistemic yang ideal, sedangkan Fromm seorang filsuf yang menekuni dan
mendalami psikologi sosial secara bernas. Ide bagi Plato adalah
kebenaran. Kebenaran yang menerangkan hakikat. Apapun yang dipikirkan
oleh setiap orang adalah hakikat dirinya sendiri. Dengan demikian,
pikiran kita adalah jawaban dari pertanyaan siapa aku?
Sementara
di dekat saya, seseorang sedang mengalami keadaan yang jauh lebih rumit
daripada yang dialami oleh seorang pelakon film sekaliber Jacky Chan.
Seorang yang hidupnya selalu dibelit masalah. Masalahnya berlipat
menjadi dilemma. Kemudian bertumbuh dan berkembang menjadi prahara. Dia
sering berbisik padaku, hanya untuk mengatakan kemarin dulu ada
kontroversi[1], kemarin ada keonaran[2], hari ini ada kekacauan[3],
besok ada badai[4], lusa ada chaos[5], dan tulanya ada anomi[6].
Lengkaplah selama enam hari kerja, tak satupun pekerjaan dapat
dikerjakan dengan maksimal. Pada hari ketujuh, seharusnya digunakan
untuk bersyukur, tetapi justru pada hari itulah kesempatan digunakan
untuk mengeluhkan masalahnya kepada orang lain.
Memang
manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan orang lain. Semakin bebas
manusia semakin ia merasa kesepian, tidak berarti dan terasing. Itulah
sebenarnya yang kerapkali ditemukan manusia yang ingin dirinya terbebas
dari masalah. Manusia hanya menemukan rasa aman jika bersatu dan
bekerjasama dengan orang lain. Lalu, apakah manusia harus lari dari
kebebasan? Ya, kita sering melakukannya. Kita ingin orang lain
bertanggung jawab atas perbuatan kita, tidak disalahkan jika ada hal
yang salah. Jika situasi menakutkan, kita ingin ada orang yang menjaga
kita. Agar selamat, kita bersedia melepaskan kebebasan. Ketika
ketakutan, kita mungkin berusaha untuk mengendalikan situasi, sehingga
hal itu memberi hasil sesuai keinginan kita.
Ingin Bebas Tetapi Melarikan Diri Dari Kebebasan
Mekanisme “Melarikan Diri Dari Kebebasan” (
escape from freedom)
dilakukan manusia untuk memperoleh kebersamaan. Ada dua cara untuk
memperoleh makna dari kebersamaan dalam kehidupan ini, yaitu: pertama
mencapai kebebasan positif dengan berusaha menyatu dengan orang lain,
tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi; kedua: memperoleh
rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat
individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (orang atau lembaga)
yang dapat memberi rasa aman.
Cara memperoleh rasa aman
dengan berlindung di bawah kekuatan lain adalah mekanisme pelarian. Ada
tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu:
authoritarianism, destructiveness, dan
automation conformity. Ketiga
mekanisme psikis ini seringkali digunakan untuk maksud untuk
mendapatkan kembali rasa aman yang pernah diperolehnya pada masa lalu.
Authoritarianism adalah semacam pertentangan antara
masochistic melawan
sadistic.
Yang dimaksud dengan masochistic adalah percaya bahwa dirinya inferior
dan tidak adekuat. Perasaan yang kuat akan kebutuhan untuk tergantung
kepada orang lain atau lembaga lain. Sedangkan sadistic ialah upaya
membuat orang lain sangat tergantung padanya, sangat mengatur dan
mendikte orang lain, dan keinginan melihat orang lain menderita.
Kemudian destructiveness yaitu perilaku yang berakar dari perasaan
kesepian, terisolasi dan tak berdaya. Mencari kekuatan tidak melalui
hubungan dengan pihak luar, tetapi berusaha membalas/merusak dan
menghancurkan penyebab ketidakamanannya. Menjadi anti-sosial,
cruel, and misguided, tapi dirasionalisasikan sebagai “
a sense of duty, a god given order, or the love of country”. Contohnya membenci suatu kelompok, ektsrim agama, bahkan patriotisme. Sedangkan
automation conformity
adalah perilaku yang menghilangkan perbedaan antara diri sendiri dengan
orang lain, seperti bunglon yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
orang lain. Misalnya seorang perempuan yang secara fisikal ayu, tetapi
berlagak tomboy atau sebaliknya, lelaki yang berpostur kekar lantas
berlagak bencong.
Menurut ahli psikologi sosial, Fromm:
ketiga cara tersebut adalah cara yang tidak sehat. Satu-satunya cara
yang sehat adalah dengan merangkul kebebasan tersebut dan
mengekspresikan diri kita yang sesungguhnya. Bukannya apa yang menurut
kita dapat memberi kekuatan pada kita. Karena kekuatan sejati datang
dari individualitas dan kebebasan serta melakukan apa yang ingin kita
lakukan dan bukannya apa yang semestinya kita lakukan.
Perkembangan Kepribadian
Sejak
masa anak-anak, manusia mengalami perkembangan psikologi yang
menentukan dalam pembentukan perilaku di masa dewasa. Sebagai anak-anak
mereka bertumbuh dan bergerak dari ketergantungan yang kurang bebas
menuju ke keadaan otonom (kebebasan penuh). Kemudian bergerak menuju
kebebasan yang lebih menakutkan lagi, dan ketegangan tersebut
mempengaruhi hubungan orangtua dengan anaknya. Hubungan orang tua dengan
anak yang ideal adalah melalui cinta-kasih, yaitu hubungan yang
seimbang, yang membantu anak merasa aman, bukannya membuat anak memikul
tanggung jawab yang semakin lama semakin membesar. Tetapi kadang-kadang
antara anak dan orang tua tetap menjalin terlalu dalam suatu keadaan
simbiosis mutualis (ketergantungan) sehingga tanpa disadari membuat anak
sulit mandiri. dan dalam beberapa kasus terlalu cepat, mendorong anak
terjerembab kedalam keadaan destruktif (merusak). Itulah sebabnya
penting sekali dipahami tentang produktivitas keluarga.
Ada dua jenis keluarga yang tidak produktif, yaitu: pertama,
Symbiotic families. Hubungan antar individu yang “tak bisa hidup tanpa orang lain” atau
“cannot live without each other”.
Beberapa anggota keluarga yang “menjadi korban” atau "swallowed up"
oleh anggota keluarga yang lain, sehingga mereka tidak dapat
mengembangkan kepribadian mereka secara sepenuhnya. Misalnya seorang
perempuan yang pernah mendapat perlakuan pelecehan seksual dari saudara
laki-lakinya atau dari ayahnya; kepribadian anak tersebut semata-mata
merupakan cerminan dari keinginan orang tua/saudaranya. Anak yang
menjadi korban tadi akan menjadi sangat patuh karena takut. Kemudian, di
satu sisi anak tersebut akan berusaha mendominasi atau memanipulasi
dengan cara sering berbohong bahkan menipu orang tuanya yang dalam
keberadaannya adalah untuk melayani anak tadi.
Jenis yang kedua adalah
Withdrawing families (
cool indifference, if not cold hatefulness)
yaitu muncul oleh dua kondisi yaitu 1) adanya rasa ketidak-pedulian
yang dingin, dan 2) adanya rasa kebencian yang dingin. Ketidak-pedulian
yang dingin biasanya terjadi pada keluarga-keluarga
tradisional/konvensional yang hidup di pedesaan. Orang tua sangat
menuntut anak-anaknya (diharapkan meningkatkan standar kehidupan).
Hukuman keras merupakan hal yang biasa dilakukan dengan alasan "for your
own good." Budaya lain mungkin menggunakan rasa bersalah dan
menghilangkan kasih sayang sebagai hukuman. Kedua-duanya menyebabkan
anak lebih terpacu untuk meraih keberhasilan dalam apa yang menurut
budaya mereka dianggap sukses. Sedangkan jenis kedua, yaitu kebencian
yang dingin, biasanya terjadi pada keluarga modern, yang hidup di
perkotaan atau di negara-negara yang sudah maju peradabannya.
Perubahan
sikap tentang pengasuhan anak membuat banyak orang merasa takut akan
efek penggunaan rasa bersalah dan hukuman fisik kepada anak-anak.
Gagasan terbaru adalah untuk membesarkan anak sebagai individu yang
sederajat dengan orang tua. Seorang bapak harus menjadi sahabat terbaik
bagi anak laki-laki; dan seorang ibu harus menjadi belahan jiwa anak
perempuannya. Tetapi, dalam proses mengendalikan emosi mereka, orang tua
harus tenang, acuh tak acuh atau tidak memihak. Mereka bukan lagi orang
tua melainkan teman hidup anak-anak mereka. Anak-Anak tidak mendapat
bimbingan riil dari orang dewasa, sehingga mereka kemudian menganut
nilai-nilai dari kawan sebaya dan media keluarga berupa televisi, meniru
perilaku yang dicontohkan melalui sahabat-sahabat dan media massa
maupun media yang dikonsumsi lewat bahan bacaan berupa buku porno dan
novel-novel melankolis yang membangkitkan gairah seksual secara tidak
terkendali.
Menurut Fromm, semua kebutuhan psikologis
muncul dari keinginan kita untuk menjadi simultan, yaitu keinginan yang
bersusun secara terus menerus: Ingin Bebas, hidup apa adanya, tetapi
juga melarikan diri dari kesepian dan menjadi aman.
Fromm mengembangkan konsep
existensial dilemma:
yaitu konflik antara keterbatasan dan kelebihan manusia. Di satu sisi
manusia ingin bebas, ingin dapat menguasai alam dan lingkungannya agar
kebutuhannya terpenuhi, tapi di sisi lain kebebasan menyebabkan manusia
menjadi terasing dari lingkungannya.
Cinta Produktif Sebagai Kebutuhan Manusia
Dalam
paham keterhubungan (relatedness): Individu sadar bahwa dirinya
terpisah dengan alam, tidak berdaya, sadar pula bahwa ada hidup dan
mati. Individu memiliki hubungan dengan sekitar. Cara yang ideal untuk
mencapai hubungan melalui cinta produktif. Dapat dipenuhi melalui cinta
produktif, yang terdiri dari:
brotherly love yaitu cinta yang ditujukan kepada jenis kelamin yang sama,
erotic love yaitu dengan jenis kelamin yang berbeda, dan
motherly love yaitu cinta kepada anak.
Tidak
sedikit manusia yang gagal memenuhi kebutuhan cintanya. Cinta
sesungguhnya adalah fakta irasional. Suatu kenyataan yang tidak masuk
akal tetapi menjadi kebutuhan manusia untuk mengembangkannya ke arah
positif dan tidak boleh menghalang-halanginya dengan rasionalisasi. Kita
seringkali terjebak pada rasionalisasi yang konyol. Seperti misalnya
merasa nyaman menampilkan keindahan, kesedihan, kebahagiaan, keanehan,
dan sebagainya. Padahal sesungguhnya kita telah gagal memenuhi kebutuhan
cinta melalui cara-cara semacam itu. Kegagalan pememenuhan dalam
kondisi yang irasional disebut sebagai
narcissism, yaitu fokus
hanya dirinya sendiri, tidak mampu menerima dunia di sekitar dalam
kerangka obyektif. Mereka menerima sesuatu dari sudut pandang yang
subyektif. Uniknya, manusia yang selalu menghubungkan dirinya dengan
dunia yang maha luas (misalnya melalui internet, jejaring sosial
facebook, tweeter dan sebagainya) sesungguhnya sedang melakukan
asimilasi dan sosialisasi sekaligus secara serentak. Tidak heran, di
beranda facebook acapkali ditemukan status-status yang seakan-akan
mempromosikan kesedihan, kepedihan, keluhan dan yang lain di satu sisi
yang berbeda sedang memberikan arahan, kearifan, didikan, orientasi dan
sebagainya. Sistem ini sederhananya merupakan pengganti
insting
pada binatang. Orientasi ini menggambarkan bagaimana manusia telah
berkembang, merespon konflik dalam hidupnya. Tiap manusia tidak pernah
melakukan salah satu orientasi saja secara murni. Tetapi selalu
menampilkan orientasinya secara serentak, pada dua sisi yang kontroversi
(bertentangan).
Dari sinilah kita memahami sesungguhnya kebutuhan psikologis manusia dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
- Transcedence:
manusia sadar bahwa dirinya dan lingkungannya, mereka mengetahui bahwa
betapa kuat dan menakutkan alam semesta sehingga membuatnya tidak
berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian
menghadapi kemarahan dan ketidakmenentuan sekitarnya. Orang butuh
peningkatan diri, tidak mau jadi makhluk pasif, bertujuan dan bebas,
manusia harus kreatif dan produktif.
- Rootedness:
muncul karena hilangnya ikatan primer manusia dengan sekitarnya sehingga
manusia membentuk ikatan baru. Contoh: persaudaraan, keterikatan dengan
ibu, nasionalisme.
- Unity: kebutuhan untuk mengatasi
eksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam
diri. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti
orang lain dan diri sendiri) kalau hakekat kebinatangan dan kemanusiaan
dapat didamaikan dan berusaha menjadi manusia seutuhnya melalui berbagi
cinta dan kerjasama dengan orang lain.
- Identity: kebutuhan untuk menjadi individu yang unik/tidak sama dengan orang lain. Cara tidak sehat adalah conforming.
Sementara
ada 4 kebutuhan lain yang berhubungan dengan pemahaman dan aktivitas,
yaitu: 1) Kebutuhan akan kerangka orientasi, 2) Kebutuhan akan kerangka
pengabdian, 3) Kebutuhan untuk eksitasi-stimulasi, 4) Kebutuhan untuk
efektivitas. Kebutuhan akan kerangka orientasi dan pengabdian mencakup
kebutuhan untuk memiliki cara pandang yang relatif stabil terhadap dunia
dan memiliki tujuan hidup yang mutlak atau Tuhan, sedangkan Kebutuhan
untuk eksitasi-stimulasi dan efektivitas mencakup kebutuhan untuk
melatih sistem syaraf dan untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia
butuh bukan hanya stimulasi sederhana (extra makanan) akan tetapi
stimulasi terus menerus dari lingkungan yang sifatnya mengaktifkan jiwa,
dan kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak
mampu dan melatih kompetensi/kemampuan. Selanjutnya, dapatlah ditemukan
karakter kepribadian yang sebenarnya.
Sesungguhnya
kepribadian berkembang atas dasar aturan-aturan sosial dimana seseorang
hidup. Karakter berkembang dan dibentuk oleh
social arrangements
(pengaturan sosial) dimana individu hidup. Kepribadian individu “sakit”
jika ia berada dalam lingkungan masyarakat yang “sakit”. Untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia membentuk 2 tipe karakter yaitu:
produktif dan non produktif. Manusia mengembangkan karakter sosial untuk
dapat mengatasi tuntutan-tuntutan masyarakat. Penyesuaian manusia
terhadap masyarakat biasanya merupakan kompromi antara inner needs alias kebutuhan di dalam diri dengan tuntutan dari luar.
Kedua
karakter di atas secara otomatis akan membentuk perilaku yang
receptive, yaitu perilaku yang menerima segala sesuatu secara pasif,
percaya bahwa segala sesuatu yang dibutuhkannya berasal dari luar
dirinya orang lain, otoritas, sistem, sangat dependen (Bandingkan dengan
kajian Sigmun Freud tentang:
oral incorporative, Horney: compliant personality),
dan perilaku yang ditandai dengan tindkan mengumpulkan, mengatur,
mempertahankan, menyimpan hak milik, mendapat rasa aman dari hal-hal
yang dimilikinya atau disimpannya sendiri (Bandingkan dengan kajian
Sigmund Freud tentang:
retentive type, Horney: detached type).
Akan
tetapi, ketika terjadi kegagalan dalam pembentukan perilaku pada
kepribadian seseorang, maka terjadilah karakteristik pribadi sebagai
berikut:
- Eksploitative dimana individu mengambil apapun yang
mereka mau dari orang lain dengan cara memaksa atau menipu, tetapi
pemberian sukarela dianggap tidak bernilai (Lhat dalam Freud: oral
aggressive, Horney: aggressive type), dan
- Marketing yaitu
kepribadian yang menguatkan pandangan bahwa kesuksesan dan kegagalan
ditentukan seberapa baik mereka “menjual dirinya sendiri”. Melihat
dirinya sebagai komoditi.
Kesimpulan:
Seseorang
dengan tipe produktif mempunyai ciri-ciri sifat yang selalu
positif,berorientasi tegas pada kehendak untuk tetap hidup, tidak ingin
mati atau bunuh diri. Tipe produktif menggunakan seluruh kemampuannya,
merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya menjadi seseorang yang:
- Accepting
yaitu orang yang memiliki keyakinan atas kemampuan sendiri, bebas
(independen) aktif, berpikir positif, menerima keberadaan diri dan orang
lain apa adanya.
- Preserving yaitu orang yang memanfaatkan segala sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain
- Taking yaitu orang yang bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional.
- Exchanging yaitu orang yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain, memberi kepuasan dan layanan dari produk yang dijualnya.
Saran
Dari
artikel ini saya menyarankan kepada seseorang yang dekat yang pernah
kukenal dan akan selalu kukenang, mohon pahamilah bahwa:
- Hidup
adalah potensialitas primer. Mencintai kehidupan dan sangat
mempedulikan kesejahteraan orang lain. Orang yang begini namanya
Biophilus. Kematian, potensi sekundernya muncul jika daya hidup
dikecewakan. Orang yang tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan
dan kehancuran, menyelesaikan masalah dengan kekerasan, namanya
Necrophilus.
- Kejahatan sesungguhnya adalah penghalang bagi cinta
produktif. Setiap orang memiliki kesempatan sama untuk menjadi manusia
seutuhnya. Manusia saling berhubungan dalam persaudaraan dan solidaritas
sehingga tidak ada kesepian, keterisolasian & keputusasaan.
- Pencinta
kematian dan kerusakan, menghancurkan demi kehancuran, mencoba untuk
mengurangi manusia, merendahkan kemanusiaan, lebih memilih mesin yang
kaku nalarnya daripada manusia yang elegan dan iklas hatinya,. Jadilah
pribadi yang biophilous, berkepribadian yang sehat.
- Di pucuk
cinta kehidupan dan di pucuk cinta kematian terdapat biophilia dan
necrophila. Berapa banyak? Itu tergantung seberapa kuat orientasimu.
Catatan Kaki:
[1] Keadaan yang bertentangan
[2] Ditandai dengan sedikit kekacauan
[3] Keadaan yang rumit
[4] Kecelakaan
[5] Keadaan tanpa nilai
[6] Perilaku tanpa arah, apatis, sinis dan atau gejala ketidakseimbangan psikologis yang melahirkan perilaku menyimpang