Senin, 02 Mei 2011

HENTIKAN PERBUDAKAN

Kisah tentang perbudakan sepertinya tak pernah hilang dari permukaan bumi. Kisah itu bukan sekadar legenda masa lalu atau hanya mitos Yunani dan Mesir saja. Di zaman batu, konon manusia belum beradab, setiap orang memiliki kehendak bebas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu diteruskan ke peradaban yang katanya lebih baik, mencabut kemerdekaan manusia dan memperlakukan sesama manusia sebagai budak sementara manusia lain sebagai tuan.

Seiring dengan “kemajuan peradaban manusia” hari ini di Indonesia, perbudakan sudah bersolek lebih rapih dan menawan. Karena adanya industrialisasi yang mengubah wajah perbudakan melalui “salon-salon kecantikan” (baca: institusi formal) negara.

Saya tidak pernah menyangka, Indonesia masa kini kok bisa kembali ke peradaban Mesir Kuno mencontohi pemerintahan dizaman Firaun. Begitu juga pemerintah Malaysia dan terakhir di Arab Saudi serta Negara-negara lainnya yang telah membeli budak-budak dari Indonesia. Dengan bangganya pemerintah negara-negara melembagakan perbudakan dan memberikan gelar kepada para pekerja dari negara lain sebagai “pahlawan devisa” padahal kenyataannya semua itu untuk menghinakan posisi mereka tidak lebih tinggi di atas hewan.

Akar masalah sebenarnya adalah pada kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakberdayaan warga negara. Mau hidup bagaimana bila semua yang diperlukan oleh warga negara untuk pemenuhan kebutuhan dasar justru dirampok negara. Tugas pemerintah seharusnya mendistribusikan asetnya untuk kesejahteraan rakyat dan melindungi rakyat dari praktek pembelian budak. Bukan mala melegalkan perbudakan dan mendorong perilaku tak berdaya menjadi nilai yang berharga. Budak itu adalah manusia tidak berharga karena kemerdekaannya dirampas. Oleh sebab itu hentikan perbudakan di negeri ini.

Tidak ada komentar: